Seorang lelaki dari bani Tamim
yang bernama Shabigh datang ke Madinah, ia banyak memiliki kitab, namun sering
bertanya-tanya tentang ayat-ayat mutasyabihat. Berita inipun sampai ke telinga
Umar bin Khattab. Maka Shabigh dipanggil sedangkan Umar sudah menyiapkan pelepah
kurma, ketika orang itu sudah menemuinya, ia pun duduk. Umar bertanya: "Siapa
kamu?" lelaki itu menjawab: "Saya Shabigh". Umar kemudian berkata: "Saya Umar,
hamba Allah". Umar lalu menghajar lelaki itu dengan pelepah kurma, sampai
kepalanya mengeluarkan darah. Maka Shabigh berkata: "Cukup, wahai amirul
Mukminin, Demi Allah, kini sudah hilang yang selama ini bersarang di kepalaku",
kemudian Shabigh dikembalikan ke kaumnya dan Umar memerintahkan agar kaum
muslimin tidak mengajaknya berbicara dengan Shabigh, sampai Shabigh benar-benar
sembuh dari 'penyakit'. Setelah Shabigh benar-benar sembuh dari penyakit suka
bertanya-tanya tentang ayat mutasyabihat, maka umar membolehkan kaum muslimin
untuk bergaul dengan Shabigh.
Imam Syafi'i rahimahullah
berkata: "Andaikata aku menemui Allah (wafat) dengan membawa segala dosa selain
syirik, lebih aku sukai daripada aku menjumpai Allah dengan membawa sedikit saja
dari kebid'ahan. (Sanadnya shahih, dikeluarkan oleh Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah)
Sufyan bin Uyainah menyatakan:
"Segala sifat yang Allah sifatkan bagi diri-Nya di dalam Al-Qur'an,
penafsirannya adalah baca dan diam" (dikeluarkan oleh Baihaqi dalam Al-I'tiqad)
Diriwayatkan dari sebagian
ulama salaf bahwa mereka mengungkapkan : "Islam itu datang semata-mata
ditegakkan diatas rasa pasrah (menerima)"
Rasulullah shallallahu wa
'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Islam ini dimulai
dalam keadaan asing. Dan ia suatu saat akan kembali dianggap asing, maka
beruntunglah orang-orang yang dianggap asing itu"
Abdul Qasim bin Sallam
menyatakan: "Seorang pengikut sunnah, tak ubahnya orang yang menggenggam bara.
Dan pada hari ini, bagiku ia lebih utama dari pada sabetan sebilah pedang di
jalan Allah" (Dikeluarkan oleh Al-Khatib)
Ibnu Mas'ud menyatakan: "Wahai
manusia, siapa diantara kamu yang mengetahui sesuatu, maka ungkapkanlah. Dan
siapa yang tak mengetahui sesuatu maka hendaklah ia berkata wallahu a'lam.
karena wallahu a'lam untuk sesuatu yang tidak diketahui, itu termasuk ilmu.
Allah azza wa jalla berfirman:
قُلْ
مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ
"Katakanlah [kepada manusia]:
"Aku tidak meminta upah apapun kepadamu atas perbuatanku itu. Dan akupun bukan
orang yang memaksakan diri untuk hal yang tidak diketahui" (Shaad:86)
(Dikeluarkan oleh Al-Humaidi,
Al-Bukhari, At-Tirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar