Dan demikian juga pernyataan mereka tentang sifat-sifat
Allah 'azza wa jalla yang disebutkan dalam Al-Qur'an maupun hadits-hadits yang
shahih, diantaranya: pendengaran, penglihatan, mata, wajah, ilmu, kekuatan, kekuasaan,
keperkasaan, keagungan, kehendak, keinginan, perkataan, ucapan, ridha, marah,
hidup, terjaga, gembira, tertawa, dll. Tanpa menyerupakannya dengan sifat
makhluk, tetapi mencukupkan dengan apa yang dikatakan oleh Allah dan Rasul-Nya
tanpa menambah-nambahi, mengembel-embeli, takyif, tasybih, tahrif, mengganti,
merubah, serta tidak membuang lafadz khabar yang bisa dipahami untuk kemudian
ditakwil dengan makna yang salah.
Mereka menafsirkan berdasarkan dzahirnya dan menyerahkan
makna sesungguhnya kepada Allah, dan mengatakan bahwasanya hakikat sesungguhnya
yang mengetahui hanyalah Allah. Sebagaimana diberitakan oleh Allah tentang
orang-orang yang dalam ilmunya:
وَالرَّاسِخُونَ
فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا
يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الألْبَابِ
"Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:
"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi
Rabb kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal" (Ali-Imran:7)
Sumber : Kompilasi file CHM oleh Abu
'Abdirrahman Muhammad Taufiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar